Sabtu, 26 Maret 2022

Belanja Rokok Suami Besar, Perempuan Bisa Menjadi Pelaku Kejahatan Untuk Penuhi Kebutuhan Keluarga

    Sabtu, Maret 26, 2022  


PATIMPUS.COM - Perempuan sebagai korban tak hanya sebatas kekesaran fisik, seksual, psikis atau pun mental. Perempuan juga menjadi korban dari kecanduan suami rokok. Hal itu menjadi ancaman serius bagi kesehatan dan mental perempuan.

Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (USU), Prof dr Ida Yustina mengatakan, untuk urusan sanitasi dasar masih diurus oleh perempuan, padahal siapa saja bisa mengurusnya.

Seperti contoh, tumpukan sampah yang ada di rumah tangga namun dihubungkan atau harus dikerjakan oleh perempuan. Padahal semua anggota keluarga memiliki perlakuan yang sama dalam urusan sanitasi dasar. 

"Jadi tidak melulu harus dikerjakan perempuan, semua anggota keluarga bisa ikut membantu mengatasi sanitasi dasar ini," katanya dalam diskusi tentang Pemenuhan Hak Kesehatan Perempuan Sebagai Bagian Pembangunan Kesehatan Masyarakat masih dalam rangka Hari Perempuan Internasional yang digelar Yayasan Pusaka Indonesia bersama puluhan jurnalis di Medan, Jumat (25/3/2022).

Lanjut Prof Ida, hak lain yang harus didapatkan perempuan seperti cuti mentruasi dan cuti melahirkan. Juga dalam memiliki anak serta jarak kepemilikan anak juga harus melibatkan perempuan karena hal ini masih terlibat dengan kesehatan produksi perempuan. 

"Penggunaan alat kontrasepsi KB ini juga masih banyak diwajibkan ke perempuan. Padahal laki-laki juga bisa dilakukan penggunaan kontrasepsi. Kalau perempuan saja saya rasa menjadi korban," bebernya.  

Atas beberapa fakta-fakta ini maka diperlukan strategi untuk bisa merubah hal ini yang bisa dilakukan kebijakan penguatan mainstreaming kesehatan perempuan seperti melalui pendidikan masyarakat, penguatan akses informasi, penguatan mainstreaming kesehatan perempuan dalam setiap pembangunan dan pemberdayaan masyarakat. 

"Jadi pendidikan-pendidikan mengenai ini tidak hanya melalui formal saja bisa dari mana saja. Dan butuh dukungan semua elemen," bebernya. 

Dalam kesempatan ini, Kordinator Divisi Advokasi Yayasan Pusaka Indonesia,  Elisabeth Juniarti juga melakukan sosialisasi advokasi revisi PP Nomor 109 Tahun 2012 tentang zat adiktif untuk tembakau, yang telah dilakukan sebagai upaya perlindungan kesehatan perempuan dan anak. 

Ia menuturkan korelasi perempuan dengan tembakau berdampak buruk bagi kesehatan perempuan. Sebab rokok mengandung zat adiktif yang berdampak bagi kesehatan dan sosial ekonomi keluarga yaiut berupa pengeluaran belanja rokok lebih besar dari belanja rumah tangga. Pecandu rokok lebih mengutamakan wbeli roko daripada belanjangizi yang dibutuhkan keluarga.

"Jika penghasilan suami dibuat untuk belanja rokok lebih besar, maka perempuan akan berperan menggantikan suami untuk bekerja, bahkan perempuan bisa terjerumus menjadi pelaku kejahatan karena didorong oleh kebutuhan ekonomi keluarga, seperti menjadi penjual narkoba," terangnya. (don) 

Previous
Next Post
Tidak ada komentar:
Write Berikan komentar anda
© 2023 patimpus.com.