Tampilkan postingan dengan label KRI Nanggala 402. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label KRI Nanggala 402. Tampilkan semua postingan

Kamis, 29 April 2021

TKW Hongkong 'Tektekan' Beli Kapal Selam, Terkumpul Rp 800 Juta

    Kamis, April 29, 2021  



PATIMPUS.COM - Tenaga Kerja Wanita (TKW) hingga pengusaha tambang di Tapanuli Utara 'tektekan' mengumpulkan uang untuk membeli kapal selam pengganti KRI Nanggala 402 yang tenggelam di perairan Bali.


Penggalangan dana ini dilakukan oleh Pengurus Maajid Jogokariyan, Yogyakarta, yang membuka donasi membeli kapal selam baru.


Sejak donasi dibuka, antusias masyarakat sangat tinggi. Dalam dua hari, Masjid Jogokariyan berhasil menhumpulkan dana patungan tersebut sebesar Rp 800 juta.


Ketua Dewan Syuro Masjid Jogokariyan Yogyakarta, Ustadz Muhammad Jazir mengatakan para donatur itu berasal dari berbagai daerah termasuk tenaga kerja wanita (TKW) yang ada di Hongkong.


"Ada dari Hongkong, TKW dari Hongkong ada nelepon mau menyerahkan dolar. Dari Papua, Maluku, Tidore," ujar Jazir dihubungi, Rabu (28/4/2021).


Jumlah donasi pun bervariatif, ada orang yang Rp 50 ribu juga. Memang donasi ini relatif kecil tetapi jumlah orang yang ikut donasi sangat banyak.


"Donasi dari mana saja. Kecil-kecil ada Rp 50 ribu ada tapi banyak orangnya," katanya.




Jazir menceritakan ada pula pengusaha tambang emas di Tapanuli Utara menyumbang 1 persen dari tambang emasnya.


"Saya bilang kalau angkanya besar silakan sumbangkan sendiri, tapi kalau mau titip Jogokariyan tidak apa-apa," katanya.


Pihak masjid juga tengah mengajukan perizinan ke Kementerian Sosial hingga OJK. Termasuk pula dengan mengandeng akuntan publik untuk transparansi donasi.


"Tadi pagi kita sudah mulai urus perizinan ke Kementerian Sosial. Kita juga melibatkan OJK untuk pengawasan dan juga kita mau minta bantuan auditor," ujar Jazir dihubungi, Rabu (28/4/2021).


Jazir menegaskan bahwa donasi ini 100 persen untuk kapal selam. Untuk operasional tidak diambilkan dari donasi melainkan dari kas masjid.


"100 persen sumbangan masyarakat untuk kapal selam. Ini perlu diawasi maka kami minta OJK dan Kemensos juga akuntan," ujarnya.


"Kita tidak ingin pengumpulan dana dengan niat yang suci ini nanti tercemar. Kita lakukan se-transparan mungkin sebersih mungkin. Ini bukan proyek kita benar-benar ibadah lakukan secermat dan sebaik mungkin," katanya. 

Senin, 26 April 2021

Awak Nanggala 402 Dipastikan Gugur, Panglima TNI Bersedih

    Senin, April 26, 2021  



PATIMPUS.COM - Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto menyatakan bahwa awak Nanggala 402 yang tenggelam dan terbelah 3 di perairan Bali, semuanya dinyatakan telah gugur.


Pernyataan tersebut disampaikan setelah menerima laporan dari Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margoni, Minggu (25/4/2021).


"Dengan kesedihan yang mendalam selaku Panglima TNI, prajurit-prajurit terbaik Hiu Kencana telah gugur saat melaksanakan tugas di perairan utara Bali. Atas nama seluruh prajurit dan keluarga besar TNI, selaku panglima TNI saya sampaikan rasa duka cita yang sedalam-dalamnya kepada seluruh keluarga prajurit yg gugur. Semoga Tuhan Yang Maha besar memebrikan keikhlasan, kesebaran, dan ketabahan,” katanya dalam konferensi pers, Minggu (25/4/2021).


KSAL Laksamana Yudo Margono mengatakan bahwa KRI Nanggala telah ditemukan di perairan Bali. Di mana jaraknya 1.500 yard ke Selatan dari letak tenggelamnya kapal pertama kali dengan kedalaman 838 meter.


Dia menyebut bahwa KRI Nanggala terbelah menjadi tiga bagian.


“Terdapat bagian-bagian KRI Nanggala. Jadi di sana KRI Nanggala terbelah menjadi tiga bagian yang tadi disampaikan panglima TNI,” pungkasnya. 


Kapal Singapura Temukan Kapal Selam Nanggala 402, Begini Kondisinya

    Senin, April 26, 2021  



PATIMPUS.COM - Kapal ROV MV Swift Rescue Singapura, berhasil menangkap citra kapal selam KRI Nanggala 402 di kedalaman 838 meter di laut Bali dalam keadaan terbelah-belah.


“Pada kedalaman 838 meter ini, terdapat bagian-bagian dari KRI Nanggala. Jadi di sana, KRI Nanggala terbelah menjadi tiga bagian," kata Kepala Staf Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Yudo Margono, Minggu (25/4/2021).


Dia pun menunjukkan rekaman yang diambil ROV MV Swift Rescue Singapura saat berhasil menemukan KRI Nanggala 402.


Dari rekaman tersebut, Yudo Margono mengatakan terlihat badan kapal yang memang tidak terlalu terang, karena kondisi kedalaman laut.


Kemudian terdapat kemudi horizontal, kemudi vertikal, dan bagian kapal yang lepas dari badan utamanya.


Yudo Margono juga menunjukkan bagian haluan yang lepas, bagian-bagian yang terbuka, lepas, dan berserakan.


“Jadi kalau di kapal selam, tadi yang keliatan ini di luar badan tekan, bagian-bagian yang tidak memiliki badan tekan, yang lepas. Depan ini juga ketinggian, dari depan ini tadi lepas,” ujarnya.


Yudo Margono pun mengungkapkan bahwa bagian utama KRI Nanggala 402 masih dalam kondisi utuh.


“Ini masih utuh ini (badan kapal), tapi terjadi keretakan. Jadi karena kedalamannya yang sangat dalam, sehingga jadi mengecil dan ada sedikit gambaran yang lepas, seperti jangkar dan sebagainya,” tuturnya.


Pada kedalaman tersebut, Yudo Margono menuturkan bahwa kecil kemungkinan anak buah kapal (ABK) KRI Nanggala dapat diselamatkan.


“Ya dari kondisi subsunk pada kedalaman 838 meter seperti ini, sangat kecil kemungkinan awak KRI Nanggala dapat diselamatkan,” katanya.


Yudo Margono pun mengatakan bahwa 53 ABK KRI Nanggala 402 akan dinyatakan sebagai korban dalam peristiwa tersebut.


“Saya sampaikan ke Panglima TNI, rasa duka pastinya, mereka akan menjadi korban dalam kejadian ini,” ucapnya. 

Minggu, 25 April 2021

Cari Nanggala 402, ROV KRI Rigel Hanya Mampu 800 Meter

    Minggu, April 25, 2021  


PATIMPUS.COM - Satuan Tugas (Satgas) SAR gabungan berhasil menemukan serpihan besar kapal selam KRI Nanggala 402 di kedalaman 838 meter.


"KRI Nanggala ditemukan di kedalaman 838 meter," kata KSAL Laksamana Yudo Margono, di Lanud Ngurah Rai, Bali, Minggu (25/4/2021).


Yudo mengatakan, citra sonar KRI Rigel memastikan menangkap gambat badan kapal selam KRI Namggala. Untuk lebih memastikan citra lebih detail, ROV diturunkan.


Sayangnya, ROV KRI Rigel hanya mampu menyelam sampai 800 meter. Akhirnya diputuskan ROV dari MV Swift Rescue milik Singapura diterjunkan untuk mendapat gambar yang lebih detail.




"Lokasi ditemukannya ada di 07 derajat 48 menit 56 detik selatan dan 114 derajat 51 menit 20 detik timur yang tepatnya dari datum (daerah ditemukan) 1 tempat tenggelamnya 1.500 yard di selatan," tambah dia.


Dari tangkapan citra ROV juga terlihat kapal selam KRI Nanggala sudah terbelah menjadi 3 bagian besar. ROV menangkap citra gambar berupa kemudi vertikal belakang, jangkar, bagian luar badan tekan, kemudi selam timbul, bagian kapal yang lain termasuk baju keselamatan awak kapal MK-11.

Ini Sebab Awak KRI Nanggala Tak Bisa Keluar Kapal

    Minggu, April 25, 2021  



PATIMPUS.COM - Sejumlah spekulasi muncul di masyarakat setelah kapal selam KRI Nanggala-402 hilang kontak dan tenggelam sejak Rabu (21/4/2021) lalu.


Pengumuman resmi KRI Nanggala tenggelam telah telah dinyatakan Kepala Staf TNI Angkatan Laut (KSAL) Laksamana TNI Yudo Margono secara resmi. 


Banyak warga terutama warga net yang bertanya-tanya, kenapa para awak KRI Nanggala tidak langsung keluar dari kapal ketika kapal sedang dalam masalah? 


Pengamat militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, menjelaskan analisisnya. Tak mudah untuk menjawab pertanyaan itu. Sebab, sampai saat ini belum diketahui apa yang sebenarnya terjadi sehingga KRI Nanggala tenggelam.


"Kenapa para awak tidak keluar menyelamatkan diri? Pertama, kita sampai hari ini belum tahu persis apa yang terjadi pada kapal ini hingga kemudian tenggelam (subsunk). Kefatalan bisa saja sudah terjadi sejak awal ketika komando operasi menyadari bahwa komunikasi dengan kapal telah terputus," ujar Fahmi saat dihubungi, Minggu (25/4).


Sikap tanggung jawab para prajurit untuk menangani sejumlah kejadian, disebut Fahmi, jadi alasan kedua mengapa para prajurit memilih untuk tidak menyelamatkan diri. 


Para awak kapal KRI Nanggala merupakan prajurit dengan keterampilan dan keahlian yang disiapkan untuk mampu mengendalikan kapal bahkan dalam keadaan darurat, gangguan atau bahaya dalam pelayaran.


Sehingga bila dihadapkan pada kondisi tersebut, upaya penanganan akan jadi salah satu langkah yang dilakukan para prajurit ketimbang keluar menyelamatkan diri.


"Artinya, yang menjadi prioritas adalah mengatasi kedaruratan atau gangguan tersebut. Mereka punya waktu sepanjang cadangan oksigen masih tersedia untuk kemudian kembali ke pangkalan dengan selamat," ucap Fahmi.


Bila kondisi terus memburuk, opsi untuk berenang dan menyelamatkan diri mungkin akan diambil bila kapal masih terapung dangkal. Keputusan akan berbeda jika saat itu kapal telah berada dalam kondisi kedalaman 500 meter di bawah permukaan laut.


"Namun ketika kapal berada di posisi sangat dalam, tentu saja berusaha keluar dari kapal adalah pilihan yang konyol," beber dia.


Orang awam bisa saja berpikir prajurit TNI AL tentu dibekali dengan kemampuan berenang yang sangat andal. Tapi banyak orang lupa, manusia punya batasan terutama saat menyelam di laut dalam.

Banyak orang tak menghitung atau bahkan tak mengetahui semakin dalam laut, semakin tinggi pula tekanan di dalamnya.


"Jadi jangan berandai-andai jika awak KRI Nanggala di kedalaman 700-850 meter berusaha keluar dan berenang ke permukaan, maka ada peluang selamat. Itu hampir mustahil. Baru sampai pada upaya membuka pintu kompartemen penyelamat saja sudah akan sangat fatal," ungkap Fahmi.


Kapal selam memang didesain sangat presisi karena harus menghadapi tekanan arus bawah laut yang sangat tinggi. Membuka katup untuk menyelamatkan diri keluar juga jadi opsi yang tak mungkin diambil prajurit.


"Jika katup dibuka, air akan dengan cepat membanjiri kapal dan mengakibatkan kefatalan. Apalagi di kedalaman, tekanan hidrostatis sangat tinggi, di atas ambang toleransi manusia hingga tingkat yang menghancurkan," ujarnya.


"Makanya jika situasi tidak mampu diatasi sendiri, maka kapal selam mengandalkan penanganan eksternal untuk mengatasi masalah atau penyelamatan," lanjut dia.


Ketimbang mempertanyakan hal tersebut, Fahmi mengajak warganet dan masyarakat luas untuk fokus pada proses pencarian yang kini masih terus diupayakan. Tentunya sembari terus berharap masih ada mukjizat.


"Lagipula, pertanyaan spekulatif macam yang ditanyakan para netizen ini kok rasanya agak menyakitkan ya? Kesannya meragukan kemampuan dan kurang berempati," ucap Fahmi.

© 2023 patimpus.com.