Kamis, 23 Februari 2023

Jejaring Koalisi Pererat Kolaborasi Pembangunan Berkelanjutan Sumut - Aceh

    Kamis, Februari 23, 2023  

PATIMPUS.COM - Jejaring Koalisi untuk Kehidupan Sejahtera yang Berkelanjutan (Coalition for Sustainable Livelihoods/CSL) berkumpul guna mempererat kolaborasi. 

Pertemuan dibuka oleh Plt Asisten Administrasi Umum, Dr Zulkifli S.IP MM, mewakili Gubernur Sumatera Utara, Selasa (31/02/2023) di Ballroom Hotel Four Point. Agenda tahunan ini terselenggara atas dukungan Pemerintah Sumatera Utara, Pemerintah Aceh, dan Konservasi Indonesia sebagai salah satu jejaring CSL. 

“Kita berharap melalui CSL, pengelolaan sumber daya alam lestari untuk pencapaian target tujuan pembangunan berkelanjutan di Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Aceh dapat menjaga kelestarian lingkungan hidup di Indonesia sekaligus berkontribusi bagi peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat," ungkap Zulkifli menyampaikan sambutan Gubernur Sumatera Utara.

Dimulai sejak tahun 2018, CSL menjadi wadah bagi pemerintah, sektor swasta, petani, masyarakat, dan lembaga swadaya masyarakat untuk mencapai tujuan bersama melalui pendekatan bentang alam. Bekerja di Aceh dan Sumatera Utara, koalisi ini bertujuan untuk mendukung visi pembangunan berkelanjutan yang bertumpu pada pilar konservasi, restorasi, tata kelola, dan produksi berkelanjutan.

Fitri Hasibuan, Senior Program Director Konservasi Indonesia, menyampaikan meskipun agenda tahunan sempat tertunda selama 3 tahun karena pandemi, para mitra CSL tetap berkontribusi terhadap pencapaian pembangunan berkelanjutan di Aceh dan Sumatera Utara. 

“Hingga tahun 2022, mitra CSL telah berdampak terhadap peningkatan kapasitas 3.735 petani mandiri dan peningkatan hasil produksi komoditas sebesar 15-30%”, tambah Fitri Hasibuan. 

Tak hanya itu, ungkapnya, melalui kolaborasi para pihak, mitra CSL telah mendukung upaya pemulihan ekosistem hingga seluas 3.159 hektare, baik di Kabupaten Aceh Tamiang maupun Kabupaten Tapanuli Selatan yang menjadi pilot kegiatan mitra CSL. 

“Kami telah mendampingi setidaknya 1.013 petani sawit mandiri yang diantaranya diarahkan untuk memperoleh sertifikasi RSPO. Selain itu, kelompok masyarakat juga telah menerima izin perhutanan sosial Hutan Kemasyarakatan seluas 159 hektare. Tentu kami berterima kasih atas kolaborasi yang dilakukan bersama para mitra, yaitu Konservasi Indonesia dan Unilever”, papar Ongku Muda Atas Sormin, Kepala Dinas Lingkungan Hidup yang mewakili Bupati Tapanuli Selatan di sela sesi talkshow.

Pentingnya kolaborasi untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan juga ditegaskan oleh Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang.  

“Untuk memperkuat kolaborasi para pihak, Pemerintah Aceh Tamiang membentuk Pusat Unggulan Perkebunan Lestari dengan dukungan dari Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (IDH) dan Forum Konservasi Leuser (FKL). Forum multi pihak ini menjadi wadah bagi para pihak untuk berkontribusi dan berinvestasi pada sektor perkebunan berkelanjutan sekaligus sebagai pusat data perkebunan di Aceh Tamiang”, ungkap dr. Catur Hayati. M.ARS,  Asisten Pembangunan dan Ekonomi Kabupaten Aceh Tamiang.

Sebagai salah satu anggota CSL dari sektor swasta, Musim Mas aktif terlibat dalam pendampingan petani kelapa sawit mandiri di Kabupaten Aceh Tamiang.

"Musim Mas berkomitmen mendukung Aceh sebagai lanskap prioritas, meskipun ini adalah area dengan rantai pasok yang cukup kecil bagi kami. Pemerintah, LSM, sektor swasta, dan masyarakat memiliki peran dalam pengelolaan lanskap, dan kolaborasi adalah kunci untuk membangun solusi dalam mempercepat investasi berkelanjutan," kata Olivier Tichit, Direktur Sustainability Musim Mas. 

"Ini adalah cara kami berkolaborasi dan memastikan investasi berkelanjutan untuk mendukung tujuan pemerintah bersama-sama", tambahnya. 

Selain pemerintah, lembaga swadaya masyarakat dan sektor swasta, dalam pertemuan ini juga turut hadir para petani dari kedua kabupaten yang berbagi cerita dari tingkat tapak. 

“Saya sebelumnya adalah perambah hutan. Namun, banjir bandang yang terjadi di tahun 2006 menjadi pelajaran bagi saya. Saat ini, kami berusaha melestarikan hutan lagi”, ujar Ngatimin, Ketua Kelompok Tani Karya Bersama dari Kabupaten Aceh Tamiang. 

Ngatimin telah memanfaatkan kegiatan agroforestri untuk melalukan pemulihan Kawasan Ekosistem Leuser. Bersama Pemerintah Daerah Kabupaten Aceh Tamiang, Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Wilayah III Aceh, dan Forum Konservasi Leuser, beliau dan petani agoroforestri di Desa Tenggulun, Kabupaten Aceh Tamiang menjaga kelestarian hutan sekaligus menerima manfaat ekonomi.   

Hal yang sama disampaikan oleh Erdi Hutabarat, Ketua Kelompok Tani Hutan (KTH) Saroha, dalam sesi “Dialog Interaktif: Manfaat Berbagi Pengetahuan dan Pengalaman Antar Kabupaten.” 

Tahun lalu, melalui CSL, ia bersama 20 pemangku kepentingan dari Tapanuli Selatan berkunjung ke Kabupaten Aceh Tamiang untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan. 

“Kami, masyarakat Rianiate, Tapanuli Selatan, mayoritas adalah petani sawit. Wilayah kami sebagian besar adalah hutan. Jadi, para petani memiliki lahan yang terbatas untuk dikelola. Melalui izin perhutanan sosial seluas 159 hektare, saya bersama 67 anggota KTH Saroha lainnya akhirnya mendapatkan lahan untuk ditanami bibit-bibit buah unggul,” tambah Erdi Hutabarat.

Capaian lanskap dari para jejaring CSL mendapat apresiasi dari para pihak, termasuk Pemerintah Provinsi Sumatera Utara.

“Secara lanskap, Sumatera Utara seluas 7,2 juta hektare terdiri atas 41% kawasan hutan dan sebagian sisanya adalah lahan perkebunan. Tentu saja prospek investasi berkelanjutan dapat dikembangkan di Sumatera Utara. Pemerintah Provinsi Sumatera Utara berharap investasi berkelanjutan mampu mendorong pengelolaan bentang alam sekaligus memberikan kesejahteraan bagi masyarakat”, tanggap Tarsudi, S.P, M.Si, Kepala Bidang Perekonomian dan Sumber Daya Alam Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumatera Utara, di sela sesi talkshow Agroforestri: Peluang Investasi Berkelanjutan di Sumatera Utara dan Aceh. 

Ke depannya, CSL bermaksud untuk mereplikasi upaya konservasi, produksi berkelanjutan, dan tata kelola yang telah dilakukan di Kabupaten Aceh Tamiang dan Tapanuli Selatan ke kabupaten lainnya.

“Sebagai wadah multi pihak, kami berharap dapat mengangkat keberhasilan masyarakat dan para mitra pendamping sehingga menjadi pembelajaran bagi pihak lainnya,” ungkap Rio Supriyatno, CSL Manager. (rel)


Previous
Next Post
Tidak ada komentar:
Write Berikan komentar anda
© 2023 patimpus.com.