Tampilkan postingan dengan label Kesehatan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kesehatan. Tampilkan semua postingan

Minggu, 01 Oktober 2023

Penderita Jantung di Sumut 2.657 Orang

    Minggu, Oktober 01, 2023  


PATIMPUS.COM - Jumlah kasus kardiovascular (sakit jantung) di Provinsi Sumut hingga September 2023 mencapai 2.657 orang. Jumlah itu diperoleh wartawan dari Dinas Kesehatan Sumut berdasarkan laporan 33 kabupaten/kota se Sumut.


Kepala Dinas Kesehatan Sumut dr Alwi Mujahit Hasibuan MKes mengatakan penyakit kardiovascular termasuk penyakit tidak menular. Dimana penyakit ini penyebab kematian tertinggi di Indonesia bahkan di dunia.


"Penyebab kematian tertinggi 

di dunia adalah penyakit jantung iskemik (16,17%) dan stroke (11, 59%). Sedangkan di Indonesia, penyebab kematian tertinggi adalah penyakit stroke (19,42%) dan jantung iskemik (14,38%)," katanya tepat diperingatan Hari Jantung Sedunia pada Jumat (29/9).


Ia mengatakan yang mempengaruhi penyakit kardiovaskular terbagi atas dua yaitu faktor resiko yang tidak dapat di modifikasi dan faktor resiko yang dapat dimodifikasi. Faktor resiko yang dapat dimodifikasi adalah pola makan yang sehat (diet yang seimbang), kurang aktifitas fisik, merokok dan minum alkohol.


Sedangkan faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah umur, jenis kelamin, ras dan genetik. Jadi, kedua faktor ini sangat mempengaruhi penyakit kardiovaskular. Apabila kedua faktor ini tidak bisa dikendalikan, maka, menyebabkan komplikasi misalnya ke mata, ginjal, otak bahkan penyakit sumbatan ke pembuluh darah. 


"Sehingga kita lebih berperan pada faktor resiko yang dapat dimodifikasi untuk pencegahan terkena penyakit kardiovaskular," ungkapnya.


Disinggung seberapa pengaruh gaya hidup tidak sehat mempengaruhi penyakit kardiovaskular di Sumut. Ia mengatakan sangat berpengaruh karena gaya hidup tidak sehat menyebabkan faktor resiko yang dapat dimodifikasi seharusnya bisa dapat dicegah, namun dapat memperparah keadaan seseorang untuk mengidap penyakit kardiovaskular.


Contohnya, kurang aktifitas fisik menyebabkan penimbunan lemak yang menyebabkan menyempitnya pembuluh darah. Merokok dan diet yang tidak seimbang serta minum alkohol juga faktor resiko yang mempengaruhi penyakit kardiovaskular.


Gaya hidup tidak sehat akan berdampak pada kesehatan tubuh, seperti sindrom metabolik. Ini adalah sekelompok kondisi yang meningkatkan resiko penyakit jantung, stroke dan diabetes.


Sindrom metabolik mencakup tekanan darah tinggi, gula darah tinggi, kelebihan lemak tubuh dan kadar kolesterol yang tidak normal. Jadi, faktor yang dapat dimodifikasi berpengaruh lebih 60% mempengaruhi penyakit kardiovaskular. 


Ia menyampaikan jumlah penyakit kardiovaskular di Sumut mencapai 2.657 orang. Penyakit kardiovaskular tertinggi adalah Kota Medan 861 orang dan Kota Pematangsiantar 280 orang. "Terkait usia yang rentan terkena penyakit kardiovaskular kebanyakan pada usia produktif," sebutnya.


Imbauan kepada masyarakat sesuai dengan faktor resiko yang dapat dimodifikasi adalah dengan pola hidup sehat yaitu makanan diet yang seimbang, rajin aktifitas fisik, tidak merokok dan tidak minum alkohol serta sering memeriksa kesehatannya agar nantinya lebih awal mengetahui derajat kesehatan seseorang. (don)

Selasa, 26 September 2023

RSU Haji Medan Diamanahkan Mengampu Layanan Kesehatan Ibu dan Anak

    Selasa, September 26, 2023  


PATIMPUS.COM - Rumah Sakit Umum (RSU) Haji Medan menjalani visitasi program pengampuan layanan prioritas Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), Selasa (26/9/2023), yang dilaksanakan di RSUP H Adam Malik Medan.


Direktur RSU Haji Medan melalui Kabid Pelayanan Medik & Keperawatan RSU Haji Medan drg Fitrady Ulianda Siregar MKes mengatakan hal ini menindaklanjuti keputusan Menteri Kesehatan republic Indonesia Nomor: HK.01.07/MENKES/1340/2023 Tentang Rumah Sakit Jejaring Pengampuan Pelayanan Kesehatan ibu dan Anak Tahun 2023 dan hasil Workshop Pengampuan pelayanan kesehatan ibu dan anak yang dilaksanakan pada tanggal 28-30 Agustus 2023 di Jakarta.


Pelayanan kesehatan ibu dan anak merupakan suatu upaya kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu bersalin serta bayi. Tujuan program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi ibu dan keluarganya untuk menuju norma keluarga kecil bahagia sejahtera.


"RSU Haji Medan diamanahkan oleh Kemenkes sebagai rumah sakit strata utama untuk pengampuan KIA dan bertugas untuk mengampu beberapa rumah sakit daerah yang ada di wilayah Sumut," ujarnya.


Ia mengatakan tujuan dari pengampuan KIA adalah untuk mengurangi angka kematian ibu dan bayi yang saat ini masih relatif tinggi. Dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan anak dapat dipantau melalui sistem aplikasi. 


Ia berharap dengan penggunaan aplikasi dapat mempermudah penginputan data hingga pemantauan sehingga pelaporan data yang disajikan juga dapat terintegrasi dan ke depannya dapat menciptakan pelayanan-pelayanan kesehatan yang lebih baik khususnya pelayanan ibu dan anak di RSU Haji Medan.


"RSU Haji Medan akan berusaha melakukan pembenahan baik sarana prasarana dan SDM demi terlaksanannya pelayanan pengampuan KIA yang optimal. RSU Haji Medan siap untuk menjadi rumah sakit jejaring pengampuan KIA di Provinsi Sumut," ungkapnya.


Pengampuan layanan KIA rumah sakit jejaring ini dihadiri, Direktur Medik dan Keperawatan RSUP H Adam Malik dr Ottman Siregar SpOT (K), Direktur RSU Haji Medan dr Rehulina Ginting MKes, didampingi Wadir Perencanaan dan Keuangan RSU Haji Medan Fakhrial Mirwan SKM MKM MMedSc beserta jajaran struktural dan fungsional, dr spesialis anak. Acara juga dihadiri para Mentor dibidang KIA dr Iman Helmi SpOG (K), dr Fertin SpA (K).


Sementara, Kepala Dinas Kesehatan Sumut dr Alwi Mujahir Hasibuan MKes mengatakan acara yang akan dilaksanakan selama dua hari itu diharapkan RSU Haji siap meningkatkan kinerja pelayanannya di bidang Kesehatan Ibu dan Anak, sehingga dapat berkonstribusi terhadap penurunan Angka Kematian Ibu Bersalin dan Angka Kematian Anak Baru Lahir.


Pada kesempatan itu, Alwi menyambut gembira kegiatan pengampuan tersebut, sehingga akan mempercepat kesiapan RSU Haji menjadi center yang berkonstribusi terhadap masalah AKI dan AKB yang masih tinggi. 


"Karena sampai saat ini, Sumut masih termasuk penyumbang tertinggi kelima terhadap angka kematian Ibu bersalin dan bayi baru lahir. Dengan menambah kekuatan, kita siap untuk menurunkan AKI AKB di Indonesia, khususnya di Sumut," tegasnya.


Dari catatan yang diterima, kejadian kematian tahun 2022 jumlah kematian ibu sebanyak 131 kasus, jumlah kematian Neonatal sebanyak 540 kasus, dan jumlah kematian bayi mencapai 610 kasus. Sementara, pada tahun 2023 sampai dengan 31 Agustus 2023 tercatat, jumlah kematian ibu sebanyak 106 kasus, jumlah kematian Neonatal sebanyak 394 kasus dan jumlah kematian bayi sebanyak 420 kasus. (don)

Kamis, 21 September 2023

Direktur Suhartono Yakin Pelayanan RS Pirngadi Akan Lebih Maksimal

    Kamis, September 21, 2023  


PATIMPUS.COM - Direktur Rumah Sakit Umum Daerah dr Pirngadi, Suhartono mengatakan bahwa RSUD dr Pirngadi yang saat ini dipimpin olehnya diharapkan kedepannya akan lebih baik.


Dikatakannya, RSUD dr Pirngadi harus memberikan pelayanan yang maksimal sehingga masyarakat bisa menaruh harapan kepercayaan kembali kepada RSUD dr Pirngadi.


"Kedepan, semoga kita bisa memperbaiki citra rumah sakit sehingga masyarakat bisa mewujudkan kepercayaannya kembali ke kita," katanya, Kamis (21/9/2023).


Pihaknya akan coba membenahi dari segi pelayanan, alat alat rumah sakit maupun hal hal yang dapat meningkatkan kemajuan di rumah sakit.


"Di Medan juga kadang-kadang kita melihat banyak kompleks tentang permasalahan perilaku yang menyebabkan masyarakat harus berobat, dan kami akan semaksimal mungkin melayani para pasien yang datang berobat disini," ujarnya.


Dilihat saat ini, karakter dari pada masyarakat kota Medan banyak yang berobat di luar negeri atau mungkin di Jawa, dan permasalahan ini akan diubah agar masyarakat percaya kembali untuk ke RSUD dr Pirngadi.


"Permasalahan ini memang agak bercorak, dan kita akan coba menyampaikan kepada rekan-rekan kami supaya lebih memberikan senyum kepada pasien maupun pengunjung. Nah, walaupun bisa jadi rekan rekan mungkin ada perilaku capek," ujarnya.


Disarankannya kepada rekan rekan yang melayani pasien untuk memperkuat pelayanan dan bersama-sama bagaimana agar ada kekompakkan untuk menjadikan RSUD dr Pirngadin ini semakin baik. (don)

Selasa, 19 September 2023

YMMA Medan Kolaborasi Multipihak Jejaring DPPM Bahas Optimalisasi SPM TBC

    Selasa, September 19, 2023  


PATIMPUS.COM - Yayasan Mentari Meraki Asa Kota Medan mengadakan pertemuan penting dengan stakeholder Jejaring District Public Private Mix (DPPM) Kota Medan untuk membahas langkah-langkah optimalisasi pemenuhan Standar Pelayanan Minimal (SPM) terkait layanan Tuberkulosis (TBC) di Kota Medan.


Kegiatan tersebut dilaksanakan di Hotel Grand Mercure Medan dan dibuka secara resmi oleh Kepala Dinas Kesehatan Sumut Dr H Alwi Mujahit Hasibuan, Selasa (19/09/2023).


Pertemuan ini dihadiri oleh sejumlah pihak, termasuk Sekretaris Komisi 2 DPRD Kota Medan Johannes Haratua Hutagalung, Kepala Dinas Kesehatan Sumut, Kepala Bidang P2P Dinkes Provinsi, Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan Kota Medan, Wasor TB Dinkes Sumut, Perwakilan Dinkes Sumut, Perwakilan IDI serta anggota komunitas yang aktif dalam upaya pencegahan dan penanganan TBC di kota medan ini.


Staf YMMA Medan Muhammad Irsyad mengatakan tujuan utama pertemuan adalah memastikan bahwa layanan TBC di Medan memenuhi standar kualitas yang ditetapkan oleh SPM, sehingga masyarakat mendapatkan perawatan terbaik. Pertemuan tersebut juga untuk meningkatkan kerja sama antara komunitas dengan stakeholder dalam rangka menjaring kasus TBC.


“Tahun lalu kita juga telah melakukan kegiatan ini. Dan di tahun ini kita kembali gelar untuk melihat sejauh mana hasil yang telah kita capai. Di pertemuan ini juga semoga kerja sama antara komunitas, pemerintah, layanan kesehatan bisa saling bersinergi dan berkolaborasi untuk menjaring dan menemukan kasus lebih luas sehingga capaian TBC di Kota Medan dapat dijangkau,” ucap Irsyad.


Kepala Dinas Kesehatan Sumut, dr Alwi Mujahit Hasibuan juga berpendapat Di Kota Medan banyak fasilitas seperti puskesmas dan klinik namun pemanfaatannya belum maksimal untuk penemuan kasus TBC. 


“Maka dari itu dengan pertemuan ini saya berharap kita dapat meningkatkan penemuan angka kasus TBC khususnya di Kota Medan," kata Alwi.


Sekretaris Komisi 2 DPRD Kota Medan, Drs. Wong Chun Sen mengungkapkan Puskesmas dan klinik-klinik diharapkan bisa berkoordinasi dengan YMMA karena kader-kader YMMA siap membantu dan berkolaborasi.

“Semoga dengan kolaborasi semua pihak, penyakit Tuberkulosis di Kota Medan dapat segera berakhir,” ucapnya.


Alwi juga mengatakan pertemuan ini mencerminkan semangat kolaborasi yang kuat antara komunitas dan pihak berwenang dalam upaya meningkatkan kualitas layanan kesehatan terkait TBC di Kota Medan. 


“Langkah-langkah konkret yang diambil setelah pertemuan ini akan menjadi landasan untuk pemenuhan SPM yang lebih baik dan penanganan lebih efektif terhadap TBC di masa depan,” tambahnya.


Selain itu, pertemuan ini juga membuka pintu untuk diskusi lebih lanjut dan penyusunan rencana tindak lanjut yang akan memastikan bahwa target SPM terkait TBC dapat tercapai dengan lebih baik di masa depan. (iki)

Senin, 18 September 2023

Setahun Dilaunching, Program Wisata Medis Belum Buahkan Hasil

    Senin, September 18, 2023  


PATIMPUS.COM - Program wisata medis di Kota Medan sejak dilaunching Agustus 2022 lalu belum menimbulkan dampak yang signifikan, bahkan euforianya seakan menurun begitu saja.


Padahal, semangat awal lahirnya program Medan Medical Tourism Board (MMTB) ini adalah untuk menurunkan angka warga Medan yang berobat keluar negeri.


Salah seorang warga Medan, Yudha, menilai jika pengobatan yang didapatkan di Penang, Malaysia, pelayanannya terbilang jauh lebih baik dari Tanah Air. Sebab, selain diagnosa dapat diketahui lebih cepat, juga penjelasan dokter sangat rinci dan akurat.


Hal ini kata dia, karena dokter yang bertugas di sana pelayanannya dibatasi untuk beberapa pasien saja setiap hari. Sehingga tidak ada lagi dokter yang praktek ke tempat lain.


"Tapi di sini masih terjadi (praktek lebih dari satu) karena gajinya kecil. Jadi kalau sudah diperbaiki standardisasi dokter, perawat, alkes dan pelayanannya, orang pasti akan datang berobat ke Medan tidak usah lagi hari pakai judul wisata medis," katanya kepada wartawan, Senin (18/9).


Dia juga menyebutkan, jika pun seorang pasien harus melakukan wisata medis, tujuannya tentu bukan Kota Medan, karena destinasi wisata itu ada di Danau Toba bukannya di Medan. Selain itu, sambungnya, di Penang, pasien yang berobat juta bukan mikirin wisata tapi karena pelayanan yang bagus dan kepastian pengobatan yang jelas serta biaya terjangkau dan berbagai kemudahan lain


"Orang sakit nggak mikirin wisata. Sehat saja dia sudah syukur, jadi yang penting itu yang ada saat ini saja diperbaiki," jelasnya.


Sementara itu, Ketua MMTB Destanul Aulia menyatakan, selama setahun lebih program wisata medis, progresnya terbilang cukup baik dari sisi usaha rumah sakit untuk mempromosikan layanan unggulannya.


"Artinya, dengan adanya Medan Medical Tourism Board (MMTB) ini telah mengatur aktivitas wisata medis, sehingga yang berhubungan dengan pemasaran itu meningkat," ungkapnya, Senin (18/9).


Dia menjelaskan, pada awal pembentukannya, pihaknya hanya berani tampil pada acara yang sifatnya sudah direncanakan seperti roadshow ke daerah. Hal ini, jelasnya untuk mempromosikan layanan unggulan rumah sakit layanan medis karena melihat banyak masyarakat sumut yang tidak berobat ke Medan. 


"Di tahun pertama kita mengidentifikasi kota-kota yang masyarakatnya banyak pergi berobat. Disitu kita ajak 12 rumah sakit untuk mempromosikan layanan unggulannya," ujarnya.


Adapun rumah sakit yang mendapat SK dari Kemenkes untuk wisata medis ini, sebutnya ada tujuh rumah sakit yaitu Royal Prima, Columbia Asia, Murni Teguh, Siloam, RS Adam Malik, Pirngadi dan Putri Hijau.


Kemudian bertambah karena dilihat ada beberapa rumah sakit yang berpotensi menjadi rumah sakit wisata, namun terbentur dengan syarat Kemenkes terkait Tipe, karena RS wisata medis ini harus tipe A dan tipe B.


"Jadi kita sudah melihat secara fisik sudah setara dengan standard, sehingga RS wisata medis menjadi bertambah saat ini menjadi 12," terangnya.


Destanul mengaku, tujuan hadirnya wisata medis ini bagaimana agar masyarakat tidak berobat ke luar negeri dan mengajak masyarakat luar negri berobat disini belum tercapai. Namun dia mengakui hal itu belum tercapai.


"Saya pastikan belum,  secara statistik itu tidak signifikan tetapi kita sudah memulainya karena di negara lain pun untuk membangun sebuah wisata medis itu perlu waktu," sebutnya.


"Artinya harus meluncurkan banyak anggaran, kegiatan dan investasi serta juga merangkul semua orang untuk membangun medical tourism ini," sambungnya.


Menurut Destanul, kenapa wisata medis tidak berjalan, karena adanya kekurangan dokter dokter spesialis. Untuk menghasilkan dokter ini membutuhkan waktu yang panjang dan sangat tergantung dengan universitas.


"Di Medan sendiri kondisinya kekurangan dokter jantung, bedah dan lainnya, sehingga para dokter berpraktek di tiga tempat. Padahal ini tidak profesional dalam wisata medis," tuturnya.


Oleh karena itu, imbuh dia, saat inilah harus diperbaiki terutama mindset masyarakat untuk berobat di dalam negeri.


"Ini yang paling susah dan tantangan terbesar medical tourism. Kita juga harus memastikan bahwa rumah sakit kita setara pelayanannya dengan luar negeri," tuturnya.


Selain itu, sambungnya, perangkat daerah, yakni Dinas Pariwisata dan Dinas Kesehatan juga harus memberi penekanan terhadap medical tourism ini.


"Tapi yang kita lihat aktif itu hanya marketingnya yakni Dinas Pariwisatanya. Sementara kita juga perlu anggaran untuk memperbaiki kinerja rumah sakit yang sudah terlibat dimana Dinkes Medan harus melatih dokter-dokter supaya dia fokus. Ini juga untuk memastikan bagaimana kesiapan alkes, lingkungan sekitar, sehingga ini penting dilakukan Dinkes sebagai motor penggerak," paparnya.


Destanul juga mengatakan  untuk mewujudkan ini, pemerintah harus menyiapkan anggaran dan jangan hanya tergantung dengan swasta begitu juga sebaliknya.


"Terus terang jika dibandingkan dengan negara lain, MMTB tidak menerima anggaran. Untuk itu kita tetap memastikan bahwa program ini ada meski kita lihat Dinkes Medan belum bergerak," pungkasnya.(don)

Senin, 04 September 2023

Gubsu Edy Rahmayadi Bantu Balita Gizi Kurang di Medan Denai

    Senin, September 04, 2023  


PATIMPUS.COM - Gizi kurang merupakan suatu keadaan dimana kebutuhan nutrisi pada tubuh tidak terpenuhi dalam jangka waktu tertentu sehingga tubuh akan memecah cadangan makanan yang berada di bawah lapisan lemak dan lapisan organ tubuh.


Terkait dengan adanya gizi kurang yang ada di Medan Denai, Gubernur Sumatera Utara (Gubsu) Edy Rahmayadi melalui Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara memberikan bantuan Paket Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan Suplementasi Gizi kepada Balita penderita gizi kurang yang tinggal di kawasan Medan Denai, Senin (4/5). 


Kepala Dinas Kesehatan Sumut, Alwi Hasibuan mengatakan pemberian bantuan ini diberikan Gubernur Sumut sebagai wujud kepedulian Pemerintah Provinsi Sumatera Utara kepada Balita yang mengalami permasalahan gizi. 


"Sebelumnya, Dinas Kesehatan Kota Medan melalui Puskesmas Medan Denai menemukan Balita Gizi Kurang di wilayah kerjanya dan telah melakukan pendampingan kepada Balita Gizi kurang tersebut dengan memantau tumbuh kembang dan memberikan PMT, sehingga kita dari Sumut ikut berperan dalam mengurangi adanya gizi kurang," ujarnya.


Dikatakannya, dari pendampingan yang dilakukan menunjukkan hasil kemajuan untuk penurunan permasalahan gizi kurang pada Balita dengan indikasi meningkatnya tinggi dan berat badan Balita. 


"Sehubungan dengan penanggulangan permasalahan gizi pada Balita ini diharapkan seluruh stakeholder terkait dapat berperan untuk ikut serta mengatasi persoalannya," pungkasnya. (don)

© 2023 patimpus.com.