Tampilkan postingan dengan label Kuliner. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Kuliner. Tampilkan semua postingan

Minggu, 02 April 2023

Ada Yang Beda Dari “Mie Ayam Jago” Pasti Minta Tamboh

    Minggu, April 02, 2023  


PATIMPUS.COM - Ada yang berbeda dengan cita rasa 'Mie Ayam Jago' yang satu ini, Mie Ayam yang berlokasi di Jalan Besar Medan - Deli Tua No. 36 ini, dijamin bikin kamu bakal ketagihan. 


Apalagi buat kamu para pecinta mie ayam, cobain deh Mie Ayam Jago. Secara sekilas mie ayam ini sama seperti mie ayam lain yang ditemui di sejumlah tempat kuliner enak lainnya. Nah, yang membuat berbeda, ada pada cita rasa yang buat lidah kamu bakalan menyantap ludes satu mangkok dan bakalan nambah lagi. 


Tekstur Mie Ayam Jago ini berbeda dari mie ayam biasa, Mie Ayam Jago memiliki tekstur mie lembut dan enggak kenyal, ditambah lagi dengan tambahan isian potongan daging ayam, pangsit, bakso dan sawi hijau, serta siraman kuah kaldu yang gurih.


Mie Ayam Jago yang beroperasi tepatnya di depan Gang Genteng, Desa Kedai Durian Kecamatan Deli Tua, Kabupaten Deli Serdang ini dibuka setiap hari, hingga pukul 23.00 WIB. Usaha Mie Ayam Jago ini dirintis oleh Hadi Iswanto yang awalnya berprofesi sebagai jurnalis.


Ia menekuni profesinya membuka kuliner mie ayam, berawal saat pandemi Covid-19 dua tahun lalu. “Saat itu banyak waktu luang, karena memang ada pembatasan untuk keluar rumah,” ucapnya.


Berawal Iseng, Hadi membuka sejumlah aplikasi bisnis kuliner di media sosial. Terbersit di hatinya ingin membuka usaha mie ayam dengan hasil olahan sendiri dengan cita rasa yang berbeda dari yang lain.


“Yah mulai membuat mie, toping ayam dan jamur, hingga bakso semuanya hasil racikan sendiri yang membuat rasa mie dan baksonya beda. Kami beli mesin pembuat mie dan bakso,” cerita Hadi.


Hadi mengaku awalnya ia membuka usaha itu di kawasan Jalan Air Bersih dan sudah punya banyak pelanggan. Melihat peluang usahanya terus berkembang, ia menggandeng rekan seprofesinya Dedi Riono untuk memperbesar usaha Mie Ayam Jago di wilayah Deli Tua.


Selain tekstur mue dan citarasa yang berbeda, Harga Mie Ayam Jago dibandrol sangat ekomomis dapat dijangkau dengan kantong semua kalangan, yakni berkisar Rp 10,000 – Rp 20,000-an saja untuk satu Porsi. Dan Dijamin sudah bikin kamu kenyang dan terpuaskan.


Menurut Hadi, mie ayamnya ini, banyak membuat pelanggannya kecarian. “Ada beberapa pelanggan yang spesial datang kesini, awalnya sering beli saat saya buka di Jalan Air Bersih,” tuturnya.


Seiring kemajuan usaha Mie Ayam Jago itu, sebagai wujud syukur Hadi, Ia mengundang sejumlah rekan seprofesi jurnalisnya dengan menggelar acara buka puasa bersama, Sabtu (1/4/2023) kemarin. 


“Ini sebagai bentuk rasa syukur dan kegembiraan saya atas dukungan kawan-kawan,”ucapnya.


Nah, buat kamu para pecinta Mie Ayam, kelebihan lain dari Mie Ayam Jago yaitu suasana tempatnya yang luas, cocok buat Kamu nongkrong Keluarga dan teman-teman.


Buat masyarakat Medan yang punya hajatan, Mie Ayam Jago juga melayani dan menerima pesanan untuk acara-acara spesial Kamu lho…? (son)

Rabu, 29 Maret 2023

Takjil Kampung Ramadhan Harga Murah Rasa Hotel Bintang Lima

    Rabu, Maret 29, 2023  


PATIMPUS.COM - Sudah sepekan Kampung Ramadhan ke III ini dibuka, sejak diresmikan Ketua Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Syaiful Ramadhan, suasana Bazar Kuliner tersebut dipenuhi para pedagang dan juga pengunjung dari wilayah Medan Maimun dan sekitarnya.


Menurut Reza Anshori selaku ketua panitia, kemeriahan Kampung Ramadhan tidak saja pada Bazar Kulinernya, tetapi juga dimeriahkan dengan berbagai even kegiatan yang positif. Seperti diadakannya perlombaan islami, lomba Selfi dan bahkan ada live music religi dan juga hiburan lainnya yang kental berasal dari Sumatera Barat.


Pantauan wartawan, Rabu (29/03/2023) saat di lokasi, suasana Kampung Ramadhan yang ramai terlihat seperti pasar kuliner. Ramai pengunjung atau pembeli dari luar Kampung Aur berdatangan berburu makanan untuk berbuka puasa di Kampung Aur.


Makanan yang paling diburu pengunjung adalah Sala Bulek (Sabu) sehingga sala bulek menjadi takjil favorit di Kampung Ramadhan.


Sala Bulek merupakan makanan gorengan berbentuk bulat dari Pariaman Sumatera Barat. Sala Bulek di Kampung Aur memiliki ciri khas rasa tersendiri, bentuknya bulat mungil dengan cita rasa yang enak, garing dan gurih.


Salah satu pengunjung atas nama Rizky warga jalan Brigjend Katamso Gang Bidan Kelurahan Sei Mati ini, jauh-jauh berburu makanan gorengan berbuka ke Kampung Aur.


Ia merasa senang berburu penganan berbuka di Kampung Ramadhan, Berawal rasa penasaran dengan Sala Bulek dari Kampung Aur, Rizky juga berburu Sala Bulek.


"Saya warga Gang Bidan Sei Mati bang, katanya sala Bulek di kampung Aur rasanya enak dan gurih, jadi saya penasaran, ya say burulah," katanya.


Jadi buat warga Medan yang belum pernah rasakan sala bulek boleh mencoba dahsyatnya cita rasa sala bulek di Kampung Aur dengan harga 3 sala bulek Rp. 2.000,- dan  hanya Rp 500 perak jika langsung dibeli ke pembuatnya.


Selain sala bulek banyak juga disajikan kuliner berbuka lainnya yang harga sangat murah namun rasanya menhalahi hotel bintang lima. Seperti goreng-gorengan, Risol, bakwan dan kue BS atau Martabak Sanghai seharga Rp 2000 pertiga kue.


Selain itu ada juga Lontong Gado-Gado, Mihun dan Mi Tiaw Goreng yang sudah siap dimakan, Bubur Cendil, kolak bahkan Ada Juga yang Jual aneka Minuman Segar seperti Es Cendol, Es Campur, Sop Buah, dan aneka minuman segar lainnya. (son)

Sala Bulek Kampung Aur Takjil Favorit Di Kampung Ramadhan

    Rabu, Maret 29, 2023  


PATIMPUS.COM - Ada sesuatu yang sangat dinantikan umat Islam yang sedang berpuasa di bulan suci Ramadhan, yaitu berbuka puasa.


Menjelang buka puasa, sudah tradisi masyarakat memburu penganan buka puasa yang dikenal dengan nama takjil. Sehingga tidak heran banyak bermunculan pedagang-pedagang yang berjualan untuk menyuguhkan makanan dan minuman segar jelang berbuka yang menjadi buruan masyarakat untuk berbuka puasa.


Di Kampung Ramadhan yang berlokasi di Jalan Kampung Aur Lingkungan IV, Kelurahan Aur Kecamatan Medan Maimun ada Bazzar Kuliner lengkap untuk berburu takjil berbuka puasa.


Penganan buka puasa yang menjadi favorit yang paling laris diburu adalah Sala Bulek. Penasaran dengan rasa dan bentuk sala bulek, wartawan langsung melihat proses pembuatan sala bulek tersebut dan berikut laporan rangkuman mengenai sala bulek yang didapat awak media.


Dari penelusuran wartawan di Kampung Aur dikenal ada 2 ibu rumah tangga yang populer sebagai pembuat sala bulek yaitu Bu Emi (64), dan  Bu Yunita (50), dari pembuatan tangan ke dua ibu tersebut sala bulek yang dibuat memiliki cita rasa kelezatan yang berbeda pula dan membuat lidah menjadi ketagihan.


Saat ditanya sejarah dan proses pembuatan sala bulek, menurut kedua ibu tersebut sala bulek merupakan kuliner khas dari Kabupaten Padang Pariaman Sumatera Barat. 


Di Sumatera Barat Sala Bulek dikenal dengan nama Sala Lauak (Gorengan Lauk) dan di Medan disebut Sala Bulek. Menurut bahasa Minang Sala berarti Gorengan dan Bulek berarti bulat.


Bu Emi (64) mengaku sudah membuat sala bulek puluhan tahun. ia juga menjelaskan bahwa membuat sala bulek ini sudah turun temurun dari keluarganya.


"Saya membuat sala bulek sudah puluhan tahun dan sudah turun temurun dari Unyang saya. Sala bulek itu aslinya sala lauak dari Pariaman Sumatera Barat. Sala itu gorengan bulek itu bulat sesuai bentuknya bulat," jelas Emi kepada wartawan di rumahnya jalan Kampung Aur Medan, Rabu (29/3/2023).


Emi yang akrab disapa Emi Sala Bulek memproduksi sala bulek seharinya 800 - 1000 sala bulek selama Ramadhan dan ia menaruh harga Rp 500, kepada pedagang yang menjualnya dan pedagang itu menjual lagi 3 sala bulek Rp 2000, ke pengunjung Kampung Ramadhan.


Bu Emi bersyukur sala bulek merupakan satu-satunya mata pencahariannya menghidupi anak dan cucunya.


Hal senada juga dikatakan Bu Yunita (50) yang juga pembuat sala bulek. Yunita akrab disapa Ita Sala Bulek ini, mengaku sudah 20 tahun membuat sala bulek. Selama Ramadhan Ita memproduksi 1000 hingga 1500 sala bulek. Sama seperti Emi, sala bulek juga merupakan mata pencaharian Ita untuk menghidupi keluarga.


Kepada wartawan, kedua ibu pembuat sala bulek ini memaparkan rahasia bahan dasar pembuatan sala bulek yaitu, tepung beras, daun kunyit, bawang merah, bawang putih, lengkuas, jahe, kunyit, cabai merah giling dan ikan asin dipotong-potong kecil.


Ada pun cara pembuatannya tepung beras dan daun kunyit digongseng, lalu direbus dengan air panas dan dicampur bumbu-bumbu yang lain dengan diblender halus terlebih dahulu. 


Lalu tepung dan daun kunyit yang digongseng tadi dicampur sama air panas yang dicampur bumbu tadi setelah itu diaduk hingga dia jadi adonan. Lanjut kemudian di bentuk bulat-bulat sebanyak-banyaknya sesuai pesanan.


Hingga akhirnya masuk tahap penggorengan. Lama pembuatan mulai dari awal hingga penggorengan kurang lebih 1,5 jam.


Salak bulek buatan Kampung Aur sangat enak dan lezat dimakan, apalagi kalau dimakan dengan lontong gulai pakis, sate, dan nasi sayur, makan anda akan semakin terasa nikmat. 


Anda bisa merasakan enak dan lezatnya sala bulek, sekali merasakan akan terasa enak dan lezat hingga anda akan nambah lagi. Anda bisa mendapatkan dan memesan sala bulek enak ini di Kampung Aur karena sala bulek ini sudah dipesan hingga ke luar kota Medan. (son)

Rabu, 06 Juli 2022

Pasar KAMU, Pasar Kreatif Kampung Lama Yang Viral

    Rabu, Juli 06, 2022  


BERAWAL dari sebuah cita-cita mengangkat perekonomian masyarakat Kampung Lama, Desa Denai Lama, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deliserdang, H Dedi Sofyan menginisiasi sebuah pekan sarapan karya anak muda yang disingkat Pasar KAMU.


Jika secara ekonomis, Pasar KAMU yang terletak di pelosok kampung berhutan bambu ini, tak mungkin didatangi oleh pembeli. Namun nyatanya, H Dedi Sofyan mampu menyulap kampung halamannya dikunjungi oleh ribuan pembeli setiap pekannya. Alhasil lokasi ini menjadi daerah tujuan wisata lokal maupun mancanegara.


"Saat itu saya melihat ada potensi lokal yang menjadi sumber pendapatan masyarakat yakni kue. Tapi bagaimana aset lokal ini bisa dicari orang, maka dia harus diramu agar menjadi daya tarik," ujar mantan aktivis Yayasan KKSP Medan ini, saat ditemui di Pasar KAMU, Minggu (3/7/2022).



Apa sih, yang menjadi daya tarik pengunjung berduyun-duyun datang ke Pasar KAMU? H Dedi Sofyan mengungkapkan, yang menjadi daya tarik pengunjung itu salah satunya adalah alat tukarnya, yakni koin TEMPU yang terbuat dari tempurung kelapa.


Tempu ini hanya bisa digunakan di Pasar KAMU untuk membeli segala makanan tradisionalnya berupa kue-kue dan juga lainnya seperti nasi gurih dan lontong. Satu koin Tempu setara dengan Rp 2000. Pembeli harus menukarkan uang konvensionalnya untuk membeli koin Tempu.


Selain makanan tradisional, suasana Pasar KAMU juga dikemas se tradisional mungkin, seperti berada di abad pertengahan pada zaman kerajaan dulu.



"Semula ada teori dari masyarakat kita, kalau mau berjualan itu harus di tempat orang berlalulalang, dipersimpangan atau di tempat kumpul-kumpul orang. Sementara lokasi kita tidak seperti itu, tidak strategis. Nah kita berpikir bagaimana agar orang yang datang mencari tempat ini. Setelah dicari-cari, maka ditemukanlah alat tukar. Ya Tempu tadi. Barulah kita mulai berjualan," ungkap pria yang biasa dipanggil Boyak ini.


Semula hanya ada 2 stand yang menjual 4 macam kue milik keluarga H Dedi Sofyan. Dibuka setiap hari Minggu, mulai pukul 07.00 WIB sampai dengan 11.00 WIB. Namun, dua bulan usaha itu berjalan, sempat terhenti oleh Pandemi Covid-19. Namun itu tak menyurutkan niat H Dedi Sofyan untuk melanjutkan Pasar KAMU.


Seiring berjalannya waktu dan banyaknya antusias pengunjung, maka jumlah stand pun bertambah, berikut fasilitas-fasilitas penunjang lainnya, seperti toilet, tempat angkringan dan sebagainya.



"Untuk membangun pasar ini kan harus melibatkan banyak orang. Mulailah melibatkan anak muda di kampung ini. Kita menerapkan pola agar anak muda ini bekerjasama dengan keluarganya. Anak muda ini yang berjualan, orangtuanya yang memproduksi makanannya," terang Dedi.


Hasilnya, hingga saat ini sudah tersedia sebanyak 60 stand yang menjual 270 jenis makanan dan minuman jaman dulu dengan omset mencapai Rp 40 juta sampai Rp 50 juta setiap pekannya. Hal ini tentu saja sangat membantu perekonomian warga Desa Denai Lama yang rata-rata sebagai petani.


"Mengajak anak-anak muda berusaha di Pasar KAMU ini untuk mengajarkan mereka hal-hal yang positif. Mereka berjualan, mereka punya akses media sosial, mereka upload produk mereka sehingga secara otomatis mempromosikan Pasar KAMU ini ke dunia maya. Lalu orang mencari makanan yang nyaris tak ditemukan lagi, ke sini. Nah, karena viral orang kan datang untuk membeli produknya," ungkap Dedy.



Pengunjung yang datang juga turut mempromosikan Pasar KAMU, bahwa ada pasar khusus untuk sarapan pagi dengan aneka makanannya yang tradisional dengan menggunakan uang Tempu. Pengunjung yang datang dari berbagai kalangan, baik berkelompok atau pun per individu.


"Nah, mereka penasaran. Ada kue tradisional, ada Tempu. Lantas mereka promosikan ke komunitasnya, kawan-kawannya atau juga mereka bikin konten di youtube dan media sosial lainnya. Rekan-rekan jurnalis dan klub sepeda juga ikut membantu mempromosikan Pasar KAMU ini," pungkas Dedi.



Terkait peran pemerintah daerah terhadap Pasar KAMU, H Dedi Sofyan mengatakan, bahwa lambat laun pemerintah baik Kabupaten Deliserdang maupun Pemerintah Provinsi Sumatera akan ikut ambil bagian di Pasar KAMU.


"Kita memiliki pasar dengan produk-produk karya lokal yang sudah mengharumkan nama pemerintah, sehingga Pemerintah Provinsi Sumatera Utara dan Kabupaten Deliserdang mulai melirik kita. Contohnya, dua pekan berturut-turut Pak Wakil Gubernur Sumatera Utara, H Musa Rajekshah sarapan pagi di Pasar KAMU. Termasuk beberapa tokoh, turis asing dan juga aparatur pemerintahan yang berkunjung untuk melihat potensi yang ada. Jadi lokasi ini juga sebagai daya tarik wisatawan lokal dan mancanegara," jelasnya. (don)


#PasarKamu

#KawanLama

#PatimpusCom

Minggu, 17 April 2022

Bangkitkan Ekonomi, Sala Bulek Takjil Favorit Di Kampung Ramadhan

    Minggu, April 17, 2022  


PATIMPUS.COM - Ada sesuatu yang sangat dinantikan umat Islam yang sedang berpuasa di bulan suci Ramadhan, yaitu berbuka puasa.

Menjelang buka puasa, sudah tradisi masyarakat memburu penganan buka puasa yang dikenal dengan nama takjil. Sehingga tidak heran banyak bermunculan pedagang-pedagang yang berjualan untuk menyuguhkan makanan dan minuman segar jelang berbuka yang menjadi buruan masyarakat untuk berbuka puasa.

Salah satunya berburu penganan buka puasa di Kampung Ramadhan yang berlokasi di Jalan Kampung Aur Lingkungan IV, Kelurahan Aur Kecamatan Medan Maimun. 


Kampung Ramadhan tersebut digagas oleh Syaiful Ramadhan, Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Medan dari Fraksi PKS, demi menjawab aspirasi masyarakat Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM).

Kampung Ramadhan diresmikan oleh Syaiful Ramadhan pada Minggu (3/4/2022) yang dihadiri Lurah Kelurahan Aur, Tokoh Pemuda, Badan Kenaziran Masjid (BKM) Jami' Aur, Tokoh Agama, dan Masyarakat.

Syaiful Ramamdhan berharap dengan adanya Kampung Ramadhan dapat membantu dan membangkitkan semangat masyarakat untuk berdagang makanan dan minuman. Melalui UMKM Kuliner Kampung Ramadhan perekonomian masyarakat dapat meningkat sehingga bisa bersemangat menyongsong Puasa dan Lebaran. 

Selain itu politisi muda PKS tersebut mengatakan bahwa Kampung Ramadhan di Kampung Aur merupakan Kampung Ramadhan yang ke 2. Sebelumnya tahun 2021 telah dibuat di Jalan Pantai Burung Lingkungan II Kelurahan Aur.

"Alhamdulillah ini merupakan Kampung Ramadhan yang ke 2, karena tahun sebelumnya sudah dibuat di Pantai Burung. Dan Kita Harap dengan adanya UMKM Kuliner Kampung Ramadhan ini, UMKM masyarakat dapat terbantu sehingga meningkatkan perekonomian warga saat pandemi," ujar Syaiful saat acara pembukaan.

Syaiful juga menjelaskan lebih lanjut, Kampung Ramadhan ini akan dilaksanakan selama 25 hari Ramadhan dan setiap tahunnya memasuki bulan suci Ramadhan akan kita gelar bergiliran di wilayah lain demi membantu membangkitkan UMKM masyarakat.

"InsaAllah akan kita gelar selama 25 hari Ramadhan dan akan kita buat setiap tahunnya saat masuk Ramadhan dengan tempat yang berbeda agar dapat membantu UMKM masyarakat," lanjut Syaiful.

Selain itu sambung Syaiful, buat warga yang tidak berjualan bisa menikmati makanan dan minuman yang dijual di kampung Ramadhan untuk berbuka puasa dengan menukarkan kupon seharga Rp 5000 yang dibagikan gratis kepada warga Kelurahan Aur Lingkungan III, IV dan VIII dalam sehari 100 kupon akan dibagikan tim relawan Syaiful Ramadhan Center.


Favorit Sala Bulek

Menurut Ketua Panitia Kampung Ramadhan Reza Anshori, saat pembukaan Kampung Ramadhan warga yang berjualan dan mendaftar ke panitia ada 8 stand penjual sebagai UMKM dan tidak tertutup kemungkinan akan bertambah.

Lanjut Reza, hingga Ramadhan ke 14, Sabtu (16/4/2022) jumlah peserta UMKM Kampung Ramadhanmenjadi 18 hingga 20 stand penjual.

"Pembukaan perdana awal puasa karena pasca banjir jadi stand penjual yang terdaftar 8 peserta UMKM, dan saat ini Ramadhan ke 14 sudah berjumlah 18 hingga 20 Stand UMKM," jelas Reza.

Terlihat banyak pengunjung berbelanja bukaan dengan menukar kupon yang dibagikan Panitia, suasana semakin ramai dengan datangnya penjual makanan dari luar Kampung Aur seperti penjual bakso dan serabi.

Tampak dari ke 18 hingga 20 stand, rata-rata ada yang menjual makanan goreng-gorengan seperti Risol, bakwan, kue BS. Yang dijual 3 buah sebesar Rp. 2000, selain itu Ada juga Lontong Gado-gado, Mihun dan Mi Tiaw Goreng yang sudah siap dimakan, Bubur Cendil, kolak bahkan Ada Juga yang Jual aneka Minuman Segar seperti Es Cendol, Es Campur, Sop Buah, dan aneka minuman segar lainnya. ada juga yang berjualan sepatu monza.

Makanan yang paling diburu pengunjung adalah Sala Bulek sehingga sala bulek menjadi takjil favorit di Kampung Ramadhan.

Sala Bulek merupakan makanan gorengan berbentuk bulat dari Pariaman Sumatera Barat. Sala Bulek di Kampung Aur memiliki ciri khas rasa tersendiri.

Di Kampung Aur ada 2 pembuat sala bulek dan kedua pembuat Sala Bulek memiliki ciri khas rasa yang berbeda tapi tetap enak dan lezat dilidah.

Bu Emi (64) mengaku sudah membuat sala bulek puluhan tahun. ia juga menjelaskan bahwa membuat sala bulek ini sudah turun temurun dari keluarganya.

Emi menjelaskan bahwa sala bulek berasal dari Pariaman Sumatera Barat, nama aslinya sala lauak (bahasa padang), sala artinya Gorengan, Lauak artinya Lauk. Di Medan dikenal dengan sebutan Sala Bulek, yaitu Sala Artinya Gorengan Bulek yaitu Bulat seperti bentuknya yang bulat.

"Saya membuat sala bulek udah puluhan tahun dan sudah turun temurun dari Unyang saya. sala bulek itu aslinya sala lauak dari pariaman Sumatera Barat. Sala itu gorengan bulek itu bulat sesuai bentuknya bulat," jelas Emi.

Emi yang akrab disapa Emi Sala Bulek memproduksi sala bulek seharinya 800 - 1000 sala bulek selama Ramadhan dan ia menjual nya dengan harga Rp 500, dengan penjual dan penjual menjual lagi 3 sala bulek Rp 2000, ke pengunjung Kampung Ramadhan.

Ia bersyukur sala bulek merupakan satu-satunya mata pencahariannya menghidupi anak dan cucunya. Hal senada juga dikatakan Bu Yunita (50) yang juga pembuat sala bulek. 

Yunita akrab disapa Ita Sala Bulek ini, mengaku sudah 20 tahun membuat sala bulek. Selama Ramadhan Ita memproduksi 1000 hingga 1500 sala bulek. Sama seperti Emi, sala bulek juga merupakan mata pencaharian Ita untuk menghidupi keluarga.

Kepada wartawan, kedua ibu pembuat sala bulek ini memaparkan rahasia bahan dasar pembuatan sala bulek yaitu, tepung beras, daun kunyit, bawang merah, bawang putih, lengkuas, jahe, kunyit, cabai merah giling dan ikan asin dipotong-potong kecil.

Adapun cara pembuatannya Tepung beras dan daun kunyit di gongseng, lalu dimasak air panas dan dicampur bumbu-bumbu yang lain dengan diblender halus terlebih dahulu. 

Lalu tepung dan daun kunyit yang digongseng tadi dicampur sama air panas yang dicampur bumbu tadi setelah itu diaduk hingga dia jadi adonan. Lanjut kemudian di bentuk bulat-bulat sebanyak-banyaknya sesuai pesanan.

Hingga akhirnya masuk tahap penggorengan. Lama pembuatan mulai dari awal hingga penggorengan kurang lebih 1,5 jam.

Salak bulek buatan Kampung Aur sangat enak dan lezat dimakan, apalagi kalau dimakan dengan lontong gulai pakis, sate, dan nasi sayur, makan anda akan semakin terasa nikmat. 

Anda bisa meraskan enak dan lezatnya sala bulek, sekali merasakan akan terasa enak dan lezat hingga anda akan nambah lagi. Anda bisa mendapatkan dan memesan sala bulek enak ini di Kampung Aur karena sala bulek ini sudah dipesan hingga ke luar kota Medan. (son)

Rabu, 12 Mei 2021

Jelang Lebaran Orderan Tape Pulut Hitam Meningkat

    Rabu, Mei 12, 2021  



PATIMPUS.COM - Siapa yang tak kenal Tape Pulut Hitam? Makanan tradisional ini sangat digemari masyarakat Indonesia. Selain lembut dan manis-manis asam, tape pulut ini juga dipercaya memperlancarkan aliran darah yang beku dan menghangatkan tubuh sehingga terhindar dari penyakit stroke dan darah tinggi.

Diolah dari beras ketan hitam lalu dimasak seperti menanak nasi, tape pulut kemudian ditaburi dua jenis ragi, yakni ragi bulat untuk pemanis dan ragi lepes untuk memperbanyak airnya.

Pulut hitam yang sudah dimasak dan ditaburi ragi kemudian ditaruh di dalam wadah baskom dan didiamkan selama 3 hari 2 malam.

Setelah 3 hari 2 malam, pulut hitam pun sudah menjadi tape dan bisa langsung dimakan.

"Kalau sudah jadi tape beratnya bertambah. Semula sekilo menjadi dua kilo. Kami menjualnya dengan harga Rp 75 ribu sekilo beras pulut. Kalau sudah menjadi tape dan beratnya menjadi dua kilo, harganya tetap Rp 75 ribu," ucap Donny, penjual dan pengrajin tape rumahan di Jalan Kesehatan, Menteng, Medan Denai, Rabu (12/5/2021).


Donny mengaku, yang ahli membuat tape adalah istrinya, sedangkan dirinya bertugas mencari pelanggan dan mengantarkan pesanan sampai ke rumah pelanggan.

"Tengok jauhnya juga. Kalau terlalu jauh, jumpa tengah saja. No ongkir. Kalau mencari pelanggan, aku promosinya hanya melalui medsos saja," sebutnya. 

Donny juga menuturkan, pembuatan tape dilakukan apabila ada pesanan saja. Misalnya pesan tape untuk hari minggu, maka dibuat di hari Jumat.

"Pokoknya kalau mau pesan, pesannya 2 hari sebelum hari H. Karena kami tidak menyediakan stok. Pesan langsung buat dan tunggu 3 hari 2 malam," imbuhnya.

Mengenai permintaan menjelang lebaran, Donny mengaku, orderan tape pulut hitam jelang lebaran sangat meningkat.

"Tahun lalu 50 kilo, tahun ini meningkat 70 kilo," sebutnya sembari menuturkan, meskipun harga ketan hitam naik, tetapi dia tetap menjual tapenya seharga Rp 75 ribu.

"Memang tipis untungnya. Tapi maklumlah, sejak Covid gini, daya beli masyarakat menurun. Untunglah daya beli tape pulut hitam meningkat," ujarnya.

Donny juga menambahkan, selain tape pulut hitam, ada juga tape pulut putih, hijau, kuning dan merah, tergantung permintaan pelanggan.

"Kami juga ada membuat Gemblong teman makan tape pulut hitam. Harga gemblong Rp 80 ribu, lebih mahal dari tape pulut, karena proses pembuatannya memakan banyak tenaga," sebutnya mengakhiri.

© 2023 patimpus.com.